Taman Nasional Gunung Merapi – Pelestarian Alam Jateng & Diy
Taman Nasional Gunung Merapi atau disingkat TNGM merupakan salah satu taman nasional yang berlokasi di tempat gunung, ialah gunung merapi. Kawasan seluas 6.410 ha ini berada diantara dua provinsi, adalah Daerah spesial Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Berlokasi di kawasan Gunung Merapi menciptakan kawasan ini mempunyai panorama yang indah selaku hasil dari bentukan alam dan mempunyai beragam destinasi wisata yang menarik. Meskipun berstatus selaku gunung api aktif, namun daerah ini cukup kaya akan keanekaragaman tumbuhan dan fauna.
Sejarah Taman Nasional Gunung Merapi
Sebelum resmi ditetapkan selaku taman nasional, kawasan Gunung Merapi melewati sejarah yang cukup panjang. Statusnya beberapa kali mengalami perubahan seiring dengan kondisi lingkungan dan fungsinya.
Pada rentang tahun 1931 – 1975, Pemerintah Belanda menetapkan daerah ini dengan status selaku hutan lindung. Setelah itu mengalami pergeseran oleh Menteri Pertahanan Republik Indonesia, sebagian kawasan hutan lindung menjadi Taman Wisata Plawangan Turgo dari tahun 1975 sampai 1984.
Masih pada tahun yang serupa, yaitu 1984, Menteri Kehutanan Republik Indonesia menunjuk supaya Cagar Alam dan Taman Alam Wisata Alam Plawangan Turgo di kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dijadikan satu.
Lalu
pada tahun 2004 ditunjuklah kawasan Hutan Gunung Merapi selaku Taman Nasional
Gunung Merapi beradasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 perihal perubahan Fungsi Kawasan Hutan
Lindung, Cagar Alam, dan Taman Wisata Alam pada golongan Hutan Gunung Merapi
seluas kurang lebih 6.410 hektar yang berlokasi di kabupaten Magelang,
Boyolali, dan Klaten di Provinsi Jawa Tengah dan kabupaten Sleman di Provinsi
DIY.
Kondisi Alam Taman Nasional Gunung Merapi
1. Letak dan Topografi
Letak daerah Taman Nasional Gunung Merapi secara geografis berada di antara 7°22’33’’ – 7°52’30’’ Lintang Selatan dan 110°15’00’’ – 110°37’30’’ Bujur Timur. Sementara itu, letak administratifnya berada di kabupaten Magelang, Klaten, dan Boyolali di Jawa Tengah dan kabupaten kabupaten Sleman di DIY. Jika dilihat pada peta, lokasi TNGM berada disebelah selatan Taman Nasional Gunung Merbabu.
Gunung Merapi dan sekitarnya adalah bab dari rangkaian gunung yang berjajar dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Lombok.
Kondisi topografi daerah ini mulai dari landai, berbukit, hingga bergunung-gunung. Di bagian utara terdapat area dataran tinggi yang menyempit, alasannya adalah diapit oleh Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.
2. Geologi dan Tanah
Berdasarkan peta geologi Direktorat Geologi Tata Lingkungan, dimengerti bahwa jenis batuan utama yang menyusun kawasan taman nasional ini ada dua macam, yakni:
- Endapan vulkanik dari Gunung Merapi Muda yang berupa lahar, breksi, tufa, lava andestis, dan basaltis. Endapan jenis ini tersebar cukup merata di seluruh kawasan Gunung Merapi.
- Endapan vulkanik kwarter tua yang cuma didapatkan di titik-titik tertentu. Paling banyak terdapat di area perbukitan mirip bukit Turgo, Plawangan, Gono, dan Maron.
Jenis tanah yang ditemukan di kawasan ini antara lain andosol, litosol, regosol, dan aluvial. Tanah regosol sebagian besar berada di kawasan Gunung Merapi, sedangkan tanah andosol terdapat di kecamatan Cepogo dan Selo, kabupaten Boyolali.
Tanah di tempat Tanaman Nasional Gunung Merapi memliki kesanggupan menyerap air yang cukup tinggi, tetapi kandungan materi organiknya cukup rendah dan secara lazim memiliki tingkat keasaman netral.
3. Iklim dan Hidrologi
Merujuk pada pembagian terstruktur mengenai Schmidt dan Ferguson, tipe iklim di daerah TNGM yaitu tipe C. Artinya daerah ini agak berair dengan nilai Q berada pada kisaran 33,3% hingga 66%. Sementara itu curah hujan berkisar 2.500 – 3.000 mm per tahun.
Variasi
hujan dipengaruhi oleh hujan orografis di sepanjang area lereng Gunung Merapi.
Karena iklimnya termasuk muson tropis, maka suhu di tempat ini mulai 20°
Celcius hingga 33° Celcius dengan kelembaban udara antara 80% sampai 99%.
Diketahui bahwa tempat Gunung Merapi yakni sumber utama bagi tiga Daerah Aliran Sungai atau DAS. Ketiga DAS tersebut yaitu DAS Progo di barat, DAS Opak di selatan, dan DAS Bengawan Solo di timur. Ada sekitar 27 anak sungai di sekitar kawasan Gunung Merapi dan mengalir menuju ke tiga DAS tersebut.
Flora dan Fauna Taman Nasional Gunung Merapi
Kawasan yang dikontrol oleh Balai Taman Nasional Gunung Merapi ini tidak cuma mempunyai pemandangan yang menakjubkan, namun di baliknya tersimpan kekayaan alam berupa flora dan fauna. Spesies yang didapatkan juga beragam mulai dari endemik, langka, hingga migran dari luar wilayah.
1. Flora
Kawasan TNGM memiliki setidaknya 154 spesies flora. Data ini diperoleh pada tahun 2010 dikala Gunung Merapi mengalami erupsi. Jenis flora yang hidup juga berlawanan-beda dan memiliki karakteristik tersendiri dari setiap ketinggian kawasan.
Beberapa jenis flora khas pengunungan yang tumbuh di daerah ini antara lain puspa (Schima wallichii), Quercus turbinata, Habenaria tosariensis, Cupressus sp., Anaphalis longifolia, Rhododendron javanicum, dan Laspedeza junghuhniana.
Sementara itu, jenis cendawan yang terdapat di taman nasional ini sekitar 43 spesies yang seluruhnya masuk ke dalam kelas Basidiomycota dan terbagi menjadi 5 ordo. Ada 8 spesies pada ordo Polyporales, 1 pada ordo Cantharellales, 2 pada ordo Agaricales, 2 pada ordo Boletales, 1 pada ordo Auriculariates, dan satu lagi yang belum teridentifikasi.
Adapun tumbuhan jenis paku-pakuan atau Pteridophyta di kawasan Lereng Selatan Gunung Merapi terdapa 24 spesies paku. Diantaranya adalah Adiantum cuneatum, Hymenophyllum junghuhnii, Blechnum patersonii, Glechenia linearis, Polypodium trilobum, Selaginella caudate, dan Lycopodium cernuum.
Selain itu, ada pula Nephrolepis cordofolia, Polypodium phimatodes, Cyathea contaminans, Davalllia trichomaides, Phymantodes nigrescens, Equisetum debile, Lyndasaya davalloides, Adiantum tenerum, Botrychium daucifolium, Pteris ensiformis, Nephrolepis exaltata, dan Drynaria quersifolia.
Sedangkan untuk jenis bambu beberapa spesies yang ditemukan di daerah Lereng Selatan Gunung Merapi antara lain bambu apus (Gigantochloa apus), bambu ori (Bambusa bambos), dan bambu gombong (Gigantochloa pseudoarundinacea).
Jenis
lain dari bambu yakni bambu betung (Dendrocalamus asper), bambu ampel (Bambusa
vulgaris), bambu gesing (Bambusa
blumeana), Phyllostachys aurea, dan bambu cendani (Bambusa
multiples).
2. Fauna
Berdasarkan hasil survei, dimengerti bahwa tempat TNGM mempunyai 15 spesies mamalia dan 97 spesies burung. Dari jumlah tersebut ada 4 spesies mamalia dan 17 spesies burung yang dilindungi dalam hal ini tergolong jenis endemik, bernilai konservasi tinggi, dan sebagainya.
Beberapa jenis mamalia yang kerap dijumpai berkeliaran di area taman nasional adalah kijang (Muntiacus muntjak), babi hutan (Sus srofa), luwak (Paradoxurus hermaphroditus), lutung jawa (Trachypithecus auratus), landak (Hystix brachyura), dan kucing hutan (Prionailurus bengalensis).
Adapun jenis burung yang termasuk endemik di taman nasional ini yakni jalak suren (Sturnus contra), kangkok ranting (Cuculus saturatus), walet gunung (Collocalia volcanorum), dan srigunting kelabu (Dicrurus leucophaeus).
Sementara itu, terdapat pula satwa jenis herpetofauna yang hidup di wilayah ini. Diketahui ada tiga jenis, antara lain kongkang bak (Rana chalconota), kadal kebun (Eutropis multifasciatus), dan jenis endemik yaitu katak pohon emas (Philautus aurifasciatus).
Jenis burung yang ialah migran di kawasan ini antara lain walet gunung (Collocalia vulcanorum), pelanduk semak (Malacocincla sepiarium), ayam hutan hijau (Gallus varius), takur bututut (Megalaima corvina), kipasan bukit (Rhipidura euryura), dan tepus dada putih (Stachyris grammiceps).
Berikut ini yaitu data inventaris jenis burung yang ada di TNGM, utamanya daerah Sleman (BKSDA DIY 2006).
No. | Nama Burung Lokal | Nama Ilmiah |
1. | Cikrak daun | Phylloscopus trivirgatus |
2. | Cikrak kutub | Phylloscopus borealis |
3. | Cinenen gunung | Orthotomus cuculatus |
4. | Cinenen kelabu | Orthotomus ruficeps |
5. | Cinenen pisang | Orthotomus suforis |
6. | Cicakoreng Jawa | Megalurus palustris |
7. | Cikrak mahkota | Phylloscopus coronatus |
8. | Prenjak Jawa | Prinia familiaris |
9. | Prenjak padi | Prinia inornata |
10. | Prenjak coklat | Prinia polychroa |
11. | Tesia Jawa | Tesia superciliaris |
12. | Kepodang kuduk-hitam | Oriolus chinensis |
13. | Kerak kerbau | Acridotheres javanicus |
14. | Jalak suren | Sturnus contra |
15. | Berencet berkening | Napothera epilepidota |
16. | Cica-kopi melayu | Pomatorhinus montanus |
17. | Pelanduk topi hitam | Pellomeum capistratum |
18. | Pelanduk semak | Malacocincla sepiarium |
19. | Cabai gesit | Dicaeum agile |
20. | Cabai polos | Dicaeum concolor |
21. | Cabai gunung | Dicaeum sanguinolentum |
22. | Cabai bunga api | Dicaeum trigonostigma |
23. | Cabai Jawa | Dicaeum trochileum |
24. | Pentis pelangi | Prionochilius percussus |
25. | Meninting besar | Enicurus leschenaulti |
26. | Meninting kecil | Enicurus velatus |
27. | Kucica hutan | Copsychus malabaricus |
28. | Anis merah | Zoothera citrina |
29. | Cingcoang coklat | Brachypteryx leucophrys |
30. | Ciung mungkal | Cochoa azurea |
31. | Betet | Psittacula alexandri |
32. | Serindit Jawa | Loriculus pusillus |
33. | Betet coklat | Lanius cristatus |
34. | Betet kelabu | Lanius schach |
35. | Kutilang | Pycnonotus aurigaster |
36. | Cucak gunung | Pycnonotus bimaculatus |
37. | Terucuk | Pycnonotus goiavier |
38. | Merbah corok-corok | Pycnonotus symplex |
39. | Bondol Jawa | Lonchura leucogastroides |
40. | Bondol perut putih | Lonchura leucogastra |
41. | Burung gereja erasia | Passer montanus |
42. | Cica-daun sayap-biru | Chloropsis cochinchinensis |
43. | Cipoh kacat | Aegithina tiphia |
44. | Cica-daun besar | Chloropsis soneratii |
45. | Gagak hutan | Corvus enca |
46. | Gelatik batu | Parus major |
47. | Gemak | Turnix sylvatica |
48. | Jingjig petulak | Tephrodornis gularis |
49. | Kapasan kemiri | Lalage nigra |
50. | Sepah kecil | Pericrocotus cinnamomeus |
51. | Sepah gunung | Pericrocotus miniatus |
52. | Kekep babi | Artamus leocorhynchus |
53. | Kircuit kerbau | Motacilla flava |
54. | Wallet sapi | Collocalia esculenta |
55. | Wallet sarang putih | Collocalia fuciphaga |
56. | Wallet gunung | Collocalia volcanorum |
57. | Kapinis jarum kecil | Rhanidhura luecopygialis |
58. | Sikatan biru putih | Cyanoptila cyanomelana |
59. | Sikatan ndeso | Ficedula hyperythra |
60. | Sikatan belang | Ficedula westermanni |
61. | Sikatan ninon | Eurnyias indigo |
62. | Sikatan rimba dada coklat | Rhinomyias olivacea |
63. | Sikatan sisi gelap | Muscicapa sibiriea |
64. | Kehicap ranting | Hypothymia azurea |
65. | Wiwik lurik | Cacomantis merulinus |
66. | Wiwik kelabu | Cacomantis sonneratii |
67. | Walik kembang | Ptilinopus melanospila |
68. | Walik kepala ungu | Ptilinopus paphyreus |
69. | Tekukur biasa | Streptopelia chinensis |
70. | Uncal buau | Macropygia emiliana |
71. | Uncal kouran | Macropygia ruficeps |
72. | Munguk beledu | Sitta frontalis |
73. | Srigunting gagak | Dicrurus anectans |
74. | Srigunting kelabu | Dicrurus leucophaeus |
75. | Srigunting hitam | Dicrurus macrocercus |
76. | Kacamata jawa | Zosterops flavus |
77. | Kacamata biasa | Zosterops palperbrosus |
78. | Kacamata gunung | Zosterops montanus |
79. | Burung madu jawa | Aethopyga mystacalis |
80. | Caladi ulam | Dendrocorpus macei |
Sedangkan di daerah konservasi Tritis-Turgo di Lerang Selatan Merapi memiliki inventarisasi burung selaku berikut (2009).
No. | Nama Burung Lokal | Nama Ilmiah |
1. | Kacamata biasa | Zosterops palperbosus |
2. | Wallet linchi | Collocalia linchi |
3. | Cucak kutilang | Pycnonotus aurigaster |
4. | Gelatik-kerikil kelabu | Parus major |
5. | Cica-koreng Jawa | Megalurus pulustris |
6. | Cucak gunung | Pycnonotus bimaculatus |
7. | Cabai gunung | Dicaeum sanguiolentum |
8. | Sepah gunung | Pericrocotus miniatus |
9. | Sepah kecil | Pericrocotus cinnamomeus |
10. | Perenjak Jawa | Prinia familiaris |
11. | Burung madu-sriganti | Nectarinia jugularis |
12. | Betet biasa | Psittacula alexandri |
13. | Munguk beledu | Sitta frontalis |
14. | Gagak hutan | Cornus macrorhincus |
15. | Betet kelabu | Lanius schach |
16. | Srigunting kelabu | Dicrurus leucophaeus |
17. | Cinenen kelabu | Orthotomus ruficeps |
18. | Pelanduk semak | Malacocincla sepiarum |
19. | Tekukur biasa | Streptopelia chinensis |
20. | Tepus pipi-perak | Stachyris melanothorax |
21. | Ayam hutan hijau | Gallus varius |
22. | Burung madu gunung | Athopyga eximia |
23. | Cica-daun besar | Chloropsis somerati |
24. | Cikrak kutub | Phylloscopus borealis |
25. | Serindit Jawa | Loriculus pusillus |
26. | Sikatan belang | Ficedula westermanni |
27. | Merbah cerucuk | Pycnonotus goiavier |
28. | Elang hitan | Ictinaetus malayensis |
29. | Elang ular bido | Spilornis cheela |
30. | Sepah hutan | Pericrocotus flammeus |
31. | Burung madu Jawa | Athopyga mystacalis |
32. | Caladi ulam | Dendrocorpus macei |
33. | Cica-daun sayap-biru | Choloropsis cochinchinensis |
34. | Cica-kopi Melayu | Pomatorhinus montanus |
35. | Kekeb babi | Arthamus leucorhynchus |
36. | Sikatan mugimaki | Ficedula mugimaki |
37. | Bondol Jawa | Lonchura leucogastroides |
38. | Cekakak Jawa | Hakycin cyanoventris |
39. | Kepudang-kuduk hitam | Oriolus chinensis |
40. | Layang-layang rumah | Delichon dasypus |
41. | Sikatan terbelakang | Ficedula hyperythra |
Kegiatan & Destinasi Wisata Taman Nasional
Berwisata di tempat dengan lingkungan tersadar memang menjadi hiburan yang menawan. Begitupun dengan mengunjungi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi yang memiliki berbagai obyek wisata prospektif.
Hanya saja beberapa jalur dan lokasi wista di kawasan taman nasional ini kadangkala harus ditutup, sebab kondisinya yang rusak, sehingga tidak mampu lagi untuk dilalui oleh para pengunjung. Tetapi pihak pengelola tetap mengusahakan untuk memperbaiki atau mencari alternatif lain.
1. Pendakian Gunung Merapi
Selain berstatus selaku gunung api aktif, Gunung Merapi juga masuk ke dalam gugusan 10 gunung tertinggi di Jawa Tengah. Pendakian menuju puncak Merapi yang menyimpan terlalu banyak daya tarik dan misteri juga menjadi keinginan para pendaki.
Ada beberapa jalur yang dapat dilalui untuk mencapai puncak, yakni via Kaliurang, kecamatan Pakem, kabupaten Sleman, Yogyakarta dengan waktu tempuh sekitar 7 jam. Jalur ini biasanya dilalui oleh anggota MAPALA dari beberapa universitas di Yogyakarta. Selain itu mampu juga lewat Selo, desa Tlogolele, kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
2. Tlogo Nirmolo
Tlogo Nirmolo terletak di sebelah Bukit Plawangan Turgo dan menjadi salah satu pintu masuk Goa Jepang. Di tempat ini pengunjung mampu menikmati indahnya situasi dan panorama dari perbukitan. Selain itu, ada pula sisa-sisa lahar merapi yang dapat disaksikan di sini.
Sebenarnya daerah dengan ketinggian 889 m dpl ini sebelumnya ialah pemandian yang berasal dari sumber mata air alami di sekitarnya. Sayangnya erupsi Gunung Merapi menimbulkan keluarnya mata air terhenti, sehinga terbengkalai dan karenanya ditutup.
Kini Tlogo Nirmolo dijadikan selaku tempat parkir untuk turis, namun sudut pandang kepada pemandangan alam dari atas tempat ini tetap indah.
3. Tlogo Muncar
Tlogo Muncar berlokasi di propinsi DIY dan berada di ketinggian 878 meter diatas permukaan laut. Destinasi ini bergotong-royong ialah jeram setinggi 30-45 meter yang berasal dari lereng Bukit Plawangan. Ada akidah yang berkembang bahwa lokasi ini menjadi tempat mandi Putri Dewi Codrokirono dari Kerajaan Majapahit.
4. Tlogo Putri
Tlogo Putri adalah bendungan yang berfungsi sebagai lokasi wisata dan bermain. Di sini hadirin dapat menikmati bermain kano, bianglala, jungkat-jungkit, ayunan, dan sebagainya. Berada di ketinggian 900 meter dpl, lokasi ini pernah dilalui lava tour tahun 2010 silam. Makara hadirin dapat memperhatikan sisa erupsi sekaligus bermain.
5. Bukit Plawangan
Bukit
Plawangan ialah salah satu destinasi rekreasi di kawasan TNGM yang menjadi
incaran hadirin. Di atas bukit ini pesona Gunung Merapi di bagian utara
bukit akan terlihat dengan begitu terang. Pemandangan indahnya panorama hijau juga
dijamin bisa memanjakan mata.
6. Bukit Turgo atau Desa Tradisional Turgo
Bukit yang mengambil nama dari dusun di daerah ini terletak tidak jauh dari Gunung Merapi. Lokasi ini pernah dilanda awan panas pada tahun 1994 serta tahun 2006 yang mengakibatkan seluruh pepohonan di daerah ini habis terbakar.
Meskipun begitu, Bukit Turgo sekarang menjadi destinasi wisata di TNGM yang prospektif alasannya memiliki banyak sekali kegiatan yang menawan. Kegiatan tersebut bergotong-royong yaitu kegiatan sehari-hari penduduk lokal, seperti menjelajahi hutan Merapi serta melintasi Kali Boyong, meracik kopi dan teh dengan rasa khas setempat, menikmati pertunjukan budaya, dan mengikuti ritual keagamaan. Pengunjung juga dapat melihat puing-puing rumah warga yang dilanda peristiwa awan panas.
7. Sungai Boyong
Sungai Boyong atau Kali Urang barat juga menjadi temapt rekreasi yang patut dikunjungi di daerah taman nasional ini. Di sini terdapat lanskap lembah sungai yang terbentuk dari sisa endapan awan panas yang terjadi beberapa tahun lalu.
Comments
Post a Comment